16 Oktober 2023, 16:38 PM
Aku, tangis riuh dan tangan melepuh.
Anak kecil saat masanya dimana sangat ceria dengan kegembiraan dan tawa akan hal menyenangkan, dirinya berandai kalau tumbuh dewasa akan jauh lebih menyenangkan. Berlari, bergurau dengan teman-teman menjadi hal yang sering ia lakukan tanpa ada hal yang bisa membatasinya. Pikirnya bahwa bermain adalah hal yang wajib ia lakukan pada saat itu, tak ada beban pikiran akan hal lain yang tentu isi kepalanya hanya belajar, bermain, dan mencari kesenangan.
Tak sangka, dirinya akan mendapati hal yang tak sesuai bayangannya saat masa kecil. Ternyata, semakin dewasa kita semakin diberi banyak pelajaran hidup yang tentunya tidak akan kita dapatkan dari sebuah materi disekolah. Mau tak mau, telapak tangan harus tetap menerima dengan tangan terbuka. Mau itu menerima sebuah bunga indah, ataupun bara api yang membuat luka bakar.
Bermain dengan perasaan hati, beradu nasib dengan isi kepala, berlelah letih dengan fisik yang semakin hari semakin babak belur.
Diri kecil ini sekarang sudah banyak rusaknya dihajar habis-habisan oleh pelajaran dunia yang tak kunjung berakhir. Tangan yang melepuh mencoba menerima semuanya, kepala yang sudah penuh dengan bermacam beban tetap berusaha mencerna, badan yang tercabik-cabik masih tetap berusaha berjalan perlahan kedepan.
Menangis merintih kesakitan, mata merah menandakan sudah tak kuat dengan semuanya. Namun tetap berprinsip bahwa tuhan itu maha baik.
Perlahan merangkak berjalan kembali, menerima baik buruknya dunia, mengusap tangan hangus yang kini mencoba menjadi tangguh kembali. Untuk masa kecilku, maaf diri ini tidak sesuai dengan impianmu pada saat itu. Dan maaf juga untuk diriku saat ini harus banyak menerima tikaman kejam dari banyak arah.
Terima kasih sudah bertahan hingga dititik ini, kamu hebat. Tetap pertahankan prinsip bahwa tuhan itu baik, ya? Tunggu hingga kamu dijemput, jangan menyerah hingga menjemput ajal dengan mandiri juga terpaksa terburu-buru.
Ditulis, Kale.